Profil Desa Kebongulo
Ketahui informasi secara rinci Desa Kebongulo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Kebongulo, Kecamatan Musuk, Boyolali. Mengupas perannya sebagai lumbung jagung utama, pusat pengembangan UMKM pakan ternak, dan model ekonomi agraris yang terintegrasi dari hulu hingga hilir di lereng Gunung Merapi.
-
Lumbung Jagung Utama
Desa Kebongulo merupakan salah satu sentra produksi jagung paling signifikan di Kecamatan Musuk, menjadikan komoditas ini sebagai fondasi utama dan motor penggerak perekonomian desa.
-
Pusat Industri Pakan Ternak Lokal
Secara inovatif, desa ini berhasil mengembangkan rantai nilai jagung dengan menjadi pusat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memproduksi pakan ternak, memasok kebutuhan para peternak di wilayah sekitarnya.
-
Ekonomi Agraris Terintegrasi
Masyarakat mempraktikkan sistem pertanian terpadu di mana sektor tanaman pangan (jagung) dan peternakan (sapi potong) saling mendukung, menciptakan siklus ekonomi yang efisien, tangguh, dan berkelanjutan.
Desa Kebongulo, sebuah wilayah agraris yang dinamis di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, telah memantapkan dirinya sebagai salah satu lumbung jagung utama di lereng timur Gunung Merapi. Lebih dari sekadar desa penghasil komoditas mentah, Kebongulo menunjukkan kecerdasan ekonomi dengan membangun industri turunan yang vital, yakni produksi pakan ternak. Desa ini menjadi contoh nyata bagaimana sebuah komunitas petani dapat bergerak dari hulu ke hilir, menciptakan rantai nilai yang solid dan menopang kemandirian ekonomi. Profil ini akan mengulas secara mendalam kondisi geografis, karakter masyarakat, serta model ekonomi terintegrasi yang menjadi kunci keberhasilan Desa Kebongulo.
Geografi di Jantung Lumbung Palawija Musuk
Secara geografis, Desa Kebongulo terletak di kawasan lereng bawah hingga menengah Kecamatan Musuk. Posisinya yang lebih landai dibandingkan desa-desa di lereng atas memberikannya keuntungan berupa lahan yang luas dan ideal untuk pertanian tanaman pangan, khususnya palawija. Wilayah ini menjadi bagian penting dari sabuk agraris Kecamatan Musuk yang produktif.Luas wilayah Desa Kebongulo tercatat sekitar 4,05 kilometer persegi. Berdasarkan data kependudukan hingga September 2025, desa ini dihuni oleh sekitar 3.850 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 950 jiwa per kilometer persegi. Topografinya yang berupa perbukitan bergelombang didominasi oleh hamparan ladang jagung atau tegalan. Sistem pengairan yang mengandalkan tadah hujan dan beberapa sumber air lokal telah diadaptasi secara efektif oleh masyarakat untuk memaksimalkan hasil panen tanaman palawija.
Kisah di Balik Nama dan Karakter Masyarakat Petani
Nama "Kebongulo" sendiri memiliki keunikan dan dipercaya oleh masyarakat setempat berasal dari legenda atau cerita rakyat (folklor) masa lalu, yang sering dikaitkan dengan kisah seekor kerbau (kebo) dan seekor ular naga (ulo). Cerita turun-temurun ini, terlepas dari kebenarannya, telah ikut membentuk identitas budaya dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap tanah kelahiran mereka.Karakter masyarakat Desa Kebongulo terbentuk oleh etos kerja sebagai petani jagung dan peternak. Mereka dikenal ulet, sabar dan memiliki pemahaman mendalam tentang siklus tanam dan panen. Kehidupan komunal yang kuat tercermin dalam tradisi gotong royong, terutama saat musim panen tiba. Komunitas ini berpegang pada prinsip bahwa kesuksesan pertanian tidak hanya bergantung pada kerja individu, tetapi juga pada kerja sama dan dukungan antarwarga, menciptakan fondasi sosial yang kokoh untuk pembangunan ekonomi desa.
Jagung sebagai Roda Penggerak Ekonomi Utama
Perekonomian Desa Kebongulo secara mayoritas digerakkan oleh satu komoditas utama: jagung. Hampir setiap jengkal lahan tegalan di desa ini ditanami jagung, yang siklus tanamnya bisa mencapai dua hingga tiga kali dalam setahun. Jagung bukan hanya sekadar tanaman, melainkan roda penggerak yang menghidupi ribuan keluarga. Hasil panen yang melimpah menjadikan Kebongulo sebagai pemasok jagung pipil yang penting bagi pedagang besar, pabrik pakan, dan pasar-pasar di Boyolali maupun kota-kota sekitarnya.Selain jagung, masyarakat juga mempraktikkan sistem tumpang sari dengan menanam singkong atau kacang-kacangan di sela-sela tanaman jagung untuk diversifikasi hasil dan pendapatan. Keberhasilan dalam budidaya jagung didukung oleh pemilihan bibit unggul dan penerapan teknik pertanian yang baik, yang terus dikembangkan melalui penyuluhan dari dinas terkait dan berbagi pengalaman antar petani dalam kelompok tani.
Inovasi Hilir: Geliat UMKM Pakan Ternak
Keunggulan utama dan pembeda Desa Kebongulo ialah kemampuannya dalam melakukan inovasi di sektor hilir. Menyadari melimpahnya bahan baku jagung, masyarakat tidak hanya menjualnya dalam bentuk mentah. Sebagian besar warga, terutama dalam skala industri rumahan, telah mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang fokus pada produksi pakan ternak.Mereka menggiling dan mencampur jagung dengan bahan-bahan lain seperti bekatul, bungkil kedelai, dan mineral untuk menciptakan pakan konsentrat berkualitas bagi sapi potong, kambing, maupun unggas. Geliat UMKM pakan ternak ini memberikan nilai tambah yang sangat signifikan. Hal ini menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan warga jauh lebih tinggi dibandingkan hanya menjual jagung pipil, dan menjadikan Desa Kebongulo sebagai pusat rujukan bagi para peternak dari desa-desa sekitar yang membutuhkan pakan berkualitas dengan harga terjangkau. Inovasi ini melengkapi siklus ekonomi desa, di mana hasil pertanian diolah secara mandiri untuk mendukung sektor peternakan, baik di dalam maupun di luar desa.
